Postingan

TRUST TO ALLAH

18 April/23.22 Berpikir, (sembari mendengarkan Youtube "Sholawat Nabi https://www.youtube.com/watch?v=3J0lpYOWDwc&t=1948s biar fokus nulis ini cerita, dengan nilai plus dapat pahala dan berharap dengan ini terbukalah segala pintu rezki :D amin, amin, amin.. Oke, lansung saja.. 18 April/22.19, aku duduk sisela penjual jus, Sejenak melepaskan haus dan kegelisahan hidup kemana akan masa depan, seketika kitapun akrap, aku tertarik dengan cerita hidup nya, ??? aku lupa nama penjual itu, namun ceritanya aku selalu ingat di usia yang tergolong muda, bahkan sebaya mungkin denganku.. aku tertarik akan cerita "kenapa orang ini berwirausaha"? setelah perkenalan diri, lansuang saja aku bertanya, (instuisi saja, sepertinya orang ini mudah berkawan batin ku) apa motifasinya jualan? -Tidak ada kenapa abg jualan? kenapa abg bisa memiliki usaha? ceritanya beberapa tahun yang lalu -+2013 setelah tamat sma dia mencoba bekerja di esorsing, karna susah untuk menabungk

Beranjak tapi tak jua pergi I

Satu nafas pagi ini mewakili rasa syukurku pada sebuah kehidupan, aku terbangun dari sisa reruntuhan mimpimu semalam,  Seperti biasa, menjelang fajar kau tuangkan racun kasih sayang dalam secangkir cerita usang,  aku minum bersendawa kemenangan.  Aku kira ini pahit, namun tak lagi pernah aku rasakan,  aku tak peduli... semua sempurna terbungkus indah dalam dekapan.  Sederhana, aku hanya menginginkanmu bahagia dan tenang dalam duniamu,  Sederhana, aku hanya menginginkankmu tersenyum dan terbang dalam anganmu. Entah kesekian kali,  Kusibakan lagi tirai duka yang terukir di bingkai jendela kehidupan,  aku memandangmu begitu jauh, dari tempat dimana kita tidak saling terluka.  Tatap bahagia lalu lalang, tanpa sapa, aku selalu tersenyum penuh kehormatan, berharap sedikit nasehat kehidupan... . . . (Rinai, 3/11, ruang gundah. Ku jaga apapun tentangmu tanpa tanya,  meski kutahu ceritamu berulang-ulang, agar niatmu tersampaikan, biar kumengerti, namun cintamu masih samar terkurung gulungan m

Senin, 5 maret 2018/ bahasan rindu.

Perihal rindu,   aku rindu juga mencintai. Sekali-sekali kutulis bayangmu dalam lembar-lembar malam yang hitam ini dan setiap kali bulan datang dengan kecemasan berbau angin, satu per satu juga kerinduan ini berguguran. Aku baru benar tersadar bahwa kamu adalah jauh dan rindu adalah dekat disepanjang   perjalananku mengejar fajar yang belum berakhir. Selama ini aku hanyalah mencintai pantulan dari dirinya yang ku temukan di dalam dirimu. Aku tau cinta seperti itu tidak akan berlangsung lama, mungkin ia akan bertahan. Bertahan begitu lama dan kuat, hingga kita tahu bahwa waktu mengkhianati cinta seperti ini. Saat ini aku berusaha melepaskan orang yang ku cintai menjadi dirinya sendiri, dan aku berusaha tidak merubahnya menjadi gambaran yang aku inginkan. Kebimbangan yang terus tertanam dalam benakku karena cinta membuatku tak mengenrti. Entah aku yang tidak tau apa yang aku rasakan atau aku yang tidak mengerti tentang keadaan hati saat ini. Ah..ini sudah gila... re

4 Maret 2018/ ruang gundah.

Ceritaku sederhana, seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu , seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiad a. Sepanjang hidupku aku hanya ingin melakukan sesuatu hal yang lebih, menjadi lebih, dan lebih berarti dan aku berharap itu segera terwujud.  Aku terus berlari, mengejar, dikejar dan kadang-kadang melarikan diri.  Seperti hari ini, untuk hari esok. Amin.

3 Maret 2018/ gerbang fajar.

H asrat ku lelayang jauh , melayang tinggi membumbung pecah di udara. Membisu , tersurat dalam ketikan, aku larut dalam angan - angan , dalam imajiku sendiri. Kadang , resah harapku terpendam amarah , t inggalkan hilang ter ter jang lara , h anyut hingga kehulu hati, terbawa , m enepi di perasingan tak kukenali. Bertebarlah mimpi-mimpi, terbias kelabu seperti awan hitam, jingga, berebut senja atau fajar. Hey... Pancarkan aku kilatmu, agar ku tahu ini petanda hujan. Niscaya ku lontarkan petir menggema hingga ke benak indera. Aku tenggelam terlarut dalam kesunyia n malam. Disini, aku b e rdiam m e nanti pagi, mengharap bias c a haya menggakhiri, s e b e l u m l e wat t e ngah mlam ini. Aku ingin jauh merantau angan, jauh sejauh-jauhnya tak berujung, dan pulang sedekat-dekatnya urat nadi. A ku mencari c ela h waktu untuk bersembunyi , m endayung ke l uh ke rusuk ma l am, untuk sejenak ke l uar dari rea l ita. Kub enamkan perih rasa dihati, kuteng

Percikan puisi untuk ibu, 3 Maret 2018/ gerbang fajar.

MA Oleh sulung sandiwara Ma, aku takut Aku takut  menyalamimu Aku takut melambaikanmu Aku takut, jika itu yang terakhir. Ma, aku ingin Aku ingin pangkuanmu Aku ingin perlakuamu. Aku mau Ma, Aku rindu. Aku rindu belai pelukmu aku rindu. Ma, aku iri, Iri padamu. Apa yang Tuhan anugerahkan padamu? Apa dengan segelas kopi pagi itu kau mampu menahan deras sampai ke hulu hati. Apa dengan sekepal ubi itu kau sanggup memikul pangkal kepuncak waktu. Ma, aku takut. jangan kau salami aku, Jangan kau lambaikan lagi tangan tuamu, Aku takut. Ingat kah kau di depan pintu itu ma? Tak ingin kau ku tinggali.  Goyah tanganku menyiku diri. Berat langkahku dipasung waktu. Ma, sampaikan pada Tuhan, Ijinkan aku bahagiakan mu, Ma, aku tau, kau ingin. Aku tau, kau mau. Aku rasa, kau rindu.

Rabu, 28 februari 2018/ terngiang.

Tergiang suaramu dikala dulu. Tertanam nasihatmu sampai kini. Aku terapung di tepi perantauan. SD , aku masuk SD tahun 2000an, aku masih ingat siapa guru pertama ku , beliau yang mengajarka n membaca, berhitung, mendiktekan , huruf, kata, angka, bahkan soal ujian, bukan karena bodoh, tapi agar kami paham, ya begitulah cara seorang guru tanpa tanda jasa mengajarkan kami , sungguh luar biasa. Sayangnya untuk bertemu sekarang beliau sudah tiada. Tahun 2000; Pagi ini , tampaknya lagit belum menunjukan titik terangnya, kokokan ayam subuh dan dingin udara pagi membangunkan ku dari lelahnya bermain kemarin, bukan kesegaran yang aku rasa , tapi malah semakin gantuk, ternya ta udara dingin ini ditambah oleh ibu yang selalu membuka jendela bilik pada setiap pagi, jam 4 subuh beliau s udah bangun dari letihnya kegiatan pekerjaan kemarin, kepulan asap tungku, dan tebasan kapak pada kayu bakar selalu aku dengar pada setiap subuh yang seakan mau runtuh, sembari beliau m